Pin It

26 April 2015

Posted by Widodo Groho Triatmojo on 11:37

Yuk Lihat Batuan Purba Sungai Luk Ulo Karangsambung Kebumen Dari Dekat

Kebumen adalah salah satu kabupaten yang masuk dalam wilayah propinsi Jawa Tengah di wilayah paling Selatan pulau Jawa dan berbatasan langsung dengan Samudra Hindia. Ditinjau dari sisi Geologis, Kebumen merupakan daerah tertua dalam proses pembentukannya. Daerah ini merupakan daerah Subduksi yang awalnya merupakan dasar samudra yang kemudian muncul sebagai akibat terjadinya tumbukan dua lempeng bumi pada 117 juta tahun – 60 juta tahun yang lalu, yakni lempeng benua Eurasia dan lempeng samudra Hindia.






Salah satu bukti dari peristiwa alam tersebut adalah daerah Luk Ula (nama sungai di Kabupaten Kebumen yang dimulai dari kecamatan Karangsambung menuju ke Selatan hingga bermuara di samudra Hindia). Sungai Luk Ula pada awalnya merupakan sungai bawah laut, terbentuk pada masa pratersier tertua diperkirakan telah berumur sekitar 117 juta tahun. Nama Luk Ula sendiri didasarkan pada pola alur sungai yang berkelok – kelok seperti jejak ular yang berjalan, sehingga dinamakan Luk (Alur) Ula (Ular). Penelitian tentang Karangsambung pertama kali dilakukan oleh Verbeek, seorang geolog Belanda pada tahun 1891.

Ia melakukan penelitian di wilayah Karangsambung. Hasil penelitian ini baru dipetakan secara geologi oleh Harlof pada tahun 1933. Penelitian dilanjutkan oleh Sukendar Asikin, geolog Indonesia pertama yang mengulas geologi daerah Karangsambung berdasarkan teori Tektonik Lempeng. Bukti – bukti geologis berupa batuan – batuan kuno di Karangsambung sebagai hasil evolusi bumi antara lain batuan Rijang dan batuan Lempung Merah Gamping. Secara teori, kedua batuan tersebut hanya bisa di temui di dasar lautan dalam. Terdapat pula batuan Basalt Karangsambung yang merupakan batuan beku yang berasal dari letusan gunung berapi dasar laut. Karangsambung yang hingga kini terkenal sebagai daerah penambangan pasir dahulunya merupakan gunung api purba dasar laut sebelum masa pratersier. Ada juga batuan Sepentinite yang merupakan batuan malihan dari perut bumi di bawah lantai samudra. Selain batuan batuan tadi, tedapat juga batuan Sekismika, fosil hasil evolusi biota laut seperti ikan, bintang laut, kerang laut, kepiting, terumbu karang dan lain–lain.

Fosil biota darat yang dimungkinkan ada setelah Karangsambung menjadi daratan pun banyak dijumpai antara lain fosil: bambu, berbagai tanaman keras seperti jati, kelapa, buah kelapa dan tanaman pohon – pohon purba lainnya yang usianya sangat tua dan bahkan memiliki tingkat kekerasan jauh di atas rata–rata kekerasan batuan umumnya. Para geolog dari berbagai negara pun banyak yang mengunjungi Karangsambung dimana lokasi tersebut telah dijadikan laboratorium geologi nasional LIPI dan telah diakui dunia sebagai lapangan geologi terlengkap di dunia. Lokasi situs geologi ini sangat luas, mencapai 3 kecamatan yakni kecamatan Karangsambung, Sadang, dan Karanggayam.

Batuan Karangsambung dan batuan sungai Luk ula memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh batuan lain di belahan bumi mana pun. Banyaknya masyarakat yang tidak mengetahui ciri khas dan karakteristik batuan Luk Ula dan Karangsambung akhirnya terpaksa tertipu dengan batu – batu yang berasal dari luar Kebumen atau bahkan dari Kebumen sendiri tetapi bukan dari alur Luk Ula dan Karangsambung yang diatasnamakan batuan Luk Ula dan Karangsambung.







Untuk menyusuri kawasan geowisata yang mempunyai luas 400 kilometer persegi. Membentang di tiga kabupaten yakni, Kebumen, Banjarnegara dan Wonosobo. 

Tidak cukup sehari untuk mengetahui semua jenis batuan purba yang ada di sini. Karangsambung merupakan laboratorium alami untuk belajar geologi. Ribuan ahli geologi pernah merasakan tempat yang dinamakan kawah candra dimukanya mahasiswa geologi dari seluruh penjuru tanah air. 

Sayang beberapa jenis batuan terancam kepunahan karena faktor alami. Seperti formasi batuan selang seling rijang-gamping merah di Bukit Wagir Sambeng. Batuan yang bentuknya seperti kue lapis ini cukup menawan dipandang mata. Pada dokumen foto tahun 1970, nampak formasi batuannya masih nampak luas, namun akibat pelapukan secara alami, batuan itu kini nampak kurus dan menyempit. Batuan ini merupakan batuan endapan laut dalam yang terdapat di lantai samudera purba. 






Batuan yang hampir punah lainnya, yakni batu gamping Nummulitis. Batuan ini digali untuk koleksi batu hias. Batuan yang terbentuk 50 juta tahun lalu itu, kini bahkan hanya bisa dilihat di Kampus LIPI.  

Tempat yang Direkomendasikan untuk Dikunjungi 

Waktu sehari tak akan cukup untuk mengunjungi 33 titik kawasan Karangsambung dengan luas 400 kilometer persegi itu. Wisata minat khusus geologi ini akan tetap memikat karena banyak spot unik yang bisa dikunjungi. Kawasan Karangsambung dalam skala besar terbagi menjadi dua bagian besar. Dua kawasan tersebut merupakan perbukitan batuan yang dipisahkan oleh Sungai Luk Ulo. Perbukitan di Utara Sungai, usia batuannya lebih tua. Banyak batuan pratersier di situ. Sementara di sebelah selatan sungai, banyak batuan lebih muda mulai dari tersier hingga miosen. 

Berikut ini beberapa spot menarik dan layak untuk dikunjungi. 

Kampus Karangsambung, di lokasi yang didirikan tahun 1964 ini banyak terdapat fasilitas. Selain rumah untuk tamu, juga ada penginapan untuk mahasiswa yang sedang penelitian. Di kompleks ini, ada museum dengan koleksi batuan khas Karangsambung. Berbagai bongkah batuan langka juga bisa dijumpai di tempat ini.

Di kawasan Karangsambung terdapat banyak lokasi yang menunjukan batuan yang pada dasarnya merupakan batuan dasar samudera. Mengapa sekarang berada di permukaan? Hal ini dikarenakan evolusi kulit bumi jutaan tahun yang lalu. Lokasi lokasi ini selanjutnya di sebut singkapan.
Beberapa Lokasi Singkapan tersebut adalah sebagai berikut:

Kali Muncar 

Untuk mencapai tempat ini, diperlukan perjuangan kecil atau tepatnya berjalan sekitar 15 menit menusuri pematang sawah. Pada dinding kali Muncar, terlihat batuan sedimen berwarna merah memanjang sekitar 100 meter.
Formasi itu jika dilihat seperti kelir atau layar pertunjukan wayang dengan batuan beku pada bagian atasnya laksana gong dan kenong. Masyarakat setempat menyebutnya watu kelir. Masyarakat menyebutnya, batuan kue lapis. 

Bentuknya memang seperti kue lapis, karena formasi bataunnya selang-seling antara rijang dengan gamping merah. Mochamad Aziz mengatakan, batuan rijang terbentuk di kedalaman 4000 meter di bawah permukaan laut, sementara gamping merah terbentuk di bawah kedalaman 4000 meter. “Karena pengaruh tektonik yang naik turun sehingga terbentuklah formasi selang-seling ini,” katanya.  

Kali Brengkok

Di tempat ini, batuan tertua di Jawa bisa ditemukan. Namanya batuan Sekis Mika dengan umur mencapai 117 juta tahun. Batuannya berwarna abu-abu cerah dan tampak mengkilap jika terkena sinar matahari. Anak-anak setempat biasa menggerusnya dan menjadikannya bedak agar nampak mengkilap.
Warna putih metalik berlembar pada batuan adalah mineral mika, sedangkan lapisan-lapisan tipis merupakan penjajaran mineral karena pengaruh tekanan yang sangat kuat pada saat proses perubahan batuan asal menjadi Sekis Mika di dalam perut bumi. Batuan ini merupakan bagian alas pulau Jawa juga merupakan batuan dari lempeng samudera Hindia.

Totogan

Di lokasi ini akan banyak ditemuai formasi batuan marmer. Usianya mencapai lebih dari 65 juta tahun yang lalu. Di bagian kiri terdapat batuan tersier dan disebelah kanan terdapat morfologi pra tersier dicirikan oleh bukit yang menyendiri tidak teratur, berbentuk prismatik, batuan pada morfologi ini di kenal sebagai melange seboro. terlihat tiga bukit berbentuk prismatik dengan susunan batuan dan lingkungan pembentukannya berbeda, G. Gliwang, tersusun oleh sekis dan sedimen pelitik. 

Pucangan

Untuk mencapai tempat ini tidaklah terlalu sulit, karena berada di tepi jalan persis. Tempatnya cukup mencolok karena seperti bukit dengan warna yang berbeda dari sekelilingnya. Batuan berwarna hijau gelap mengkilap adalah Serpentinit. Serpentinit merupakan batuan ubahan dari batuan ultra basa berwarna gelap hasil pembekuan magama pada kerak samudera Terjadinya batuan ini melalui dua fase, fase pertama terjadi saat batuan ini bersentuhan dengan lingkungan laut, sedangkan fase kedua terjadi pada saat masuk zona tunjaman dan terangkat ke permukaan bumi.

Wagirsambeng

Bukit Wagirsambeng, begitulah masyarakat menamakannya. Dari Puncak bukit ini kita dapat menyaksikan kenampakan amphiteater yang dibatasi oleh rangkaian perbukitan yang berbentuk tapal kuda. Sungai Luk Ulo yang meliuk liuk bagaikan ular yang sedang berjalan, sangat jelas terlihat. Formasi ini terbentuk pada jaman kapur atas.

Kali Mandala

Kali Mandala merupakan salah satu anak sungai Kali Luk Ulo, dan mengalir ke Sungai Luk Ulo mengikuti zona sesar / patahan berarah timurlaut – baratdaya. Kali Mandala ini merupakan batas pemisah antara batuan pra-tersier di sebelah utara dengan batuan tersier di sebelah selatan. Pada lokasi ini juga dapat dijumpai batuan beku basalt berupa lava bantal yang sudah mengalami breksiasi dan nampak rekahan-rekahan (joint).

Bukit Sipako

Sekitar 300 m ke arah utara tepatnya dari kaki bukit Sipako, terdapat singkapan blok rijang-batugamping merah yang menunjukan kontak sesar dengan fillit di bagian selatan dan dengan greywacke di bagian utara.

Pada kaki bukit Sipako terdapat singkapan fillit-grafit yeng telah mengalami perlipatan. Batuan ini diinterpretasikan sebagai produk selama proses subduksi yang mentransfer sedimen palung ke dalam metamorfosa derajat rendah. Singkapan ini telah mengalami deformasi lanjut yang ditunjukan oleh sesar-sesar naik, jalur milonit, dan fault gouge.

Gunung Parang

Gunung Parang yang terletak sekitar 300 m ke utara dari UPT BIKK Karangsambung LIPI terdapat singkapan batuan beku diabas. Batuan ini diinterpretasikan merupakan batuan intrusi, dan menunjukan struktur kekar tiang (collumnar joint) yang mana merupakan hasil gaya kontraksi pada saat pembekuan magma. Pada daerah ini telah dilakukan konservasi sebagian dan sebagian lagi telah dilakukan penambangan. Apabila penambangan ini terus dilakukan dikhawatirkan batuan diabas akan habis.

Batugamping Numulites
Pada lokasi ini dijumpai singkapan batugamping Nummulites yang banyak mengandung fosil foraminifera besar (Nummulites dan Discocyclina) berwarna krem. Batuan ini terbentuk pada lingkungan laut dangkal dan berumur Eosen. Keterdapatan batuan di lokasi ini diperkirakan akibat proses pelongsoran skala besar.

Sungai Luk Ulo

Lokasi ini berjarak sekitar 200 m ke arah barat dari UPT BIKK Karangsambung – LIPI, berada di tepi Sungai Luk Ulo, kaki bukit Pesanggrahan. Pada lokasi ini dijumpai batuan sedimen konglomerat berwarna abu-abu cerah dengan fragmen bervariasi (kuarsa, batupasir, rijang, batuan beku, dan batuan metamorf) yang tersemen sangat kuat. Konglomerat ini merupakan bongkah sangat besar hasil pelongsoran. 

Kali Cacaban

Pada sepanjang Kali Cacaban dapat disaksikan singkapan batulempung bersisik yang merupakan batuan sedimen pada zone tektonik kuat dengan bongkah-bongkah batupasir dan rijang yang sering memperlihatkan struktur ikan (fish structure).

Bukit Jatibungkus

Lokasi ini berada sekitar 200 m ke arah timur dari jalan Karangsambung – Kebumen. Bukit Jatibungkus merupakan bongkahan raksasa batugamping terumbu berukuran sekitar 350 m x 150 m dengan tinggi 40 m. Batuan ini diendapkan pada lingkungan laut dangkal dam keterdapatannya pada lokasi ini kaibat proses pelengseran gaya berat. Pada bukit ini juga dijumpai gua-gua seperti Gua Langse di sebelah barat dan Gua Sikepul dan Gua Silodong di sebelah timur.

Bukit Waturanda

Pada lokasi ini dijumpai singkapan batuan berupa perselingan batupasir dengan breksi vulkanik pada Formasi Waturanda yang nampak sangat tebal dan miring ke arah selatan. Batuan ini merupakan hasil dari pelongsoran berulang-ulang material vulkanik. 
Pemerhati transportasi publik, bus, truck serta sejarahnya.
  • Facebook
  • WhatsApp
  • Instagram
  • Next
    « Prev Post
    Previous
    Next Post »

    Note: Only a member of this blog may post a comment.

    Terima Kasih

    Followers