Pin It

31 December 2014

Posted by Widodo Groho Triatmojo on 18:42

Mungkinkah Ada Konspirasi Di Balik Jatuhnya Pesawat Airasia QZ-8501

Ketika saya mencari-cari kebenaran teori konpirasi terhadap AirAsia QZ8501, maka menemukan link ini dengan bantuan google translate, ada hal-hal yang terungkap. Disebutkan bahwa Black Hand (suatu organisasi di belakang layar di wilayah abu-abu, bisa melalukan aksi-aksi benar ataupun tidak benar, sesuai pesanan), telah membajak dan menembak jatuh MH370 dan MH17, tujuannya adalah melumpuhkan Malaysia Airline. Sekarang, Black Hand sedang menargetkan AirAsia untuk merusak maskapai tersebut, yang juga milik Malaysia. Mengingat betapa dahsyatnya Black Hand, saya sarankan agar semua orang Tiongkok menghindari perjalanan dengan AirAsia, sehingga anda tidak menghilang (mengalami kejadian serupa) seperti yang terjadi pada MH370. 




"Anda bisa bahagia berlibur, bekerja, atau berlayar di atas kapal, tetapi jika anda pergi menggunakan Malaysia Airline atau AirAsia, kau akan mati, hati-hati. Katakan pesan ini kepada teman-teman anda untuk menghindari Malaysia Airline dan AirAsia." Itu adalah postingan di Forum China, tepat 13 hari sebelum kejadian hilangnya pesawat AirAsia QZ 8501. Percakapan yang bersifat konspirasi untuk menghancurkan AirAsia dan MAS. 




Kemudian yang menjadi perhatian adalah ketika ada  peringatan dari seseorang di forum Tiongkok yang sedang hangat diperbincangkan di situs Reddit. Sebelum kejadian jatuhnya pesawat Air Asia QZ-8501, tepatnya 13 hari sebelum kejadian itu, seseorang dengan akun Landlord memberi peringatan jangan menggunakan pesawat Air Asia, karena terkait dengan teori konspirasi. Konspirasi itu berkaitan dengan pihak US yang memiliki tujuan untuk mengahcurkan industri penerbangan Malaysia atau semacamnya. Setelah menjatuhkan MH370, mereka mengincar Airlines Malaysia lainnya. 








Penerbangan Misterius
Penerbangan Misterius: Hindari awan tebal, pilot AirAsia QZ 8501 lapor dan memutuskan untuk belok ke kiri, tapi kenapa sinyal terakhir saat hilang justru pesawat itu belok ke kanan?
Hal yang aneh pula, jika ELT (Emergency Locator Transmitter) yang dibuat tahan banting dan tahan dalam banyak kondisi yang ada di AirAsia QZ 8501 tidak menyala.Padahal alat navigasi darurat itu dalam keadaan ekstrim tak mudah rusak, baik oleh impact keras, terkena api ratusan derajat maupun dialam bersuhu dingin ekstrem hingga jatuh ke dalam laut lebih dari 500 meter, ILT masih dapat berfungsi dengan baik.

Sedangkan hal yang paling menyedot perhatian dunia adalah prediksi seorang blogger misterius dari Cina, ia telah memprediksi kecelakaan yang akan menimpa maskapai AirAsia sejak 15 Desember lalu atau 13 hari sebelum terjadinya tragedi ini. Orang-orang diperingatkan oleh sosok misterius ini untuk tidak memakai maskapai Malaysia apapun, dan terbukti tak ada satupun warga Cina dalam penerbangan itu.  Pengguna misterius ini telah membuat total 39 postingan pada subjek dari hasil prediksinya dan telah dilihat oleh lebih dari  2.400.000 orang! 

Pesawat AirAsia dengan nomor penerbangan QZ 8501 (QZ8501/AWQ8501) dikabarkan hilang kontak pada hari Minggu 28/12/2014 pagi. Pesawat jenis Airbus 320-200 tersebut terbang dari Surabaya dan berencana menuju Singapura.
Pesawat ini lepas landas dari Bandar Udara Internasional Juanda pada pukul 05:35 Waktu Indonesia Barat (UTC+7) dan dijadwalkan untuk mendarat di Singapura pada pukul 08:30 WSS (UTC+8). Pesawat kehilangan kontak dengan pengatur lalu lintas udara pada pukul 07:00 waktu setempat saat sedang terbang di atas laut Jawa. 


Data Teknis AirAsia Penerbangan QZ 8501
Technical :
Owner: Indonesia AirAsia (October 2008)
Type: Airbus A320-216
Flight number: 8501 (QZ8501/AWQ8501)
Registration number: PK AXC
ModeS: 8A017B
Manufacturer Serial number (MSN):3648
Engine Power: CFM 56-5B
Flight hours: 13,600 (approx 23,000 hours) 
Route:

Last Route:
 Surabaya / SUB (East Java) to Singapore / SIN
Boarding: SUB 04.40 LT (Local Time)
Departure: SUB 05.20 LT (Local Time)
Taking off: Juanda SUB 05:35 LT (Local Time)
Plan to arrive: SIN 08.30 LT (Local Time) 

Current report:
Status: Missing
Prediction missing location: Java Sea, between Belitung Island and Borneo
- Location #1: Teluk Kumai, Kalimantan Selatan (Kumai Bay, South Borneo), Coordinate: 03°05′29.4″S ; 111°16′55.4″E (via satellite).
- Location #2: Antara P. Belitung dan Kalimantan Selatan (between Belitung Is. and South Kalimantan), Coordinate: 03° 24′ 66″S ; 109° 36′ 82″E (via satellite). 

Manifest:
Passenger manifested: 177
No shows: 23

Boarded:
Passengers boarded: 155 (128 adults, 16 childs and 1 baby)
Nationality: 149 Indonesia, 1 Malaysia, 1 Singapore, 3 South Korea and 1 United Kingdom.
Crews boarded: 7 (2 cockpit crews and 5 cabin crews)
Total person: 162  boarded (see completed boarded list below article)
Bags:
Total bag checked: 106 collies
Total bag weight: 1,305 kg 
Perkiraan Awal: AirAsia menuju Singapura diduga hilang kontak di sekitar Teluk Kumai, Kalimantan Selatan

Sebelum hilang dari radar, pilot pesawat meminta rute yang tidak biasa sebelum kehilangan kontak dengan kontrol lalu lintas udara. Menurut informasi Basarnas dari petugas ATC Bandara Soekarno Hatta Jakarta, koordinat terakhir kontak pesawat pada 03°05′29.4″S ; 111°16′55.4″E (lihat kordinat via satellite) atau disekitar Teluk Kumai di lepas pantai Kalimantan Selatan (Lokasi #1).

kordinat hilang kontak AirAsia QZ 8501 PK-AXC
Kordinat lokasi terakhir hilang kontak AirAsia QZ 8501 PK-AXC lebih dari satu.
Pesawat dengan nomor penerbangan AWQ 8501 tersebut harusnya memasuki wilayah udara Singapura pukul 06.52 WIB.
Basarnas menerima laporan Pesawat Air Asia Jenis Airbus 320 rute Surabaya-Singapura mengalami lost contact di sekitar Teluk Kumai pukul 06.17 WIB.
Sedangkan menurut berita terakhir yang berkembang, kordinat lokasi pesawat menjadi bergeser pada kordinat 03° 24′ 66″S ; 109° 36′ 82″E (lihat kordinat via satellite) atau ke daerah antara pulau Belitung dan Kalimantan (Lokasi #2). 

Berikut kronologi sebelum hilangnya pesawat AirAsia QZ 8501 seperti yang diungkapkan Direktur Perhubungan Udara Direktur Perhubungan Udara Djoko Murjatmodjo:
05.36 AM WIB (Local Time), pesawat berangkat dari Surabaya menuju Singapura dengan ketinggian 32.000 kaki. Pesawat dilaporkan mengikuti jalur yang biasa ditempuh antara Surabaya dan Singapura yaitu M635.
06.12 AM, kontak terakhir dengan Air Traffic Control Jakarta. Dalam kontak itu, pilot meminta menghindar ke arah kiri dan meminta izin untuk naik ke ketinggian 38.000 kaki. Permintaan pilot disetujui oleh pihak ATC.
06.16 AM, pesawat masih ada di layar radar.
06.17 AM, pesawat hanya tinggal sinyal di dalam radar ATC.
06.18 AM, pesawat hilang dari radar. Yang ada, di radar tinggal data rencana terbang. Seharusnya, di dalam radar ada data lain yakni realisasi terbang namun data itu hilang.
07.08 AM, pesawat dinyatakan INCERFA, yakni tahap awal hilangnya kontak. Pihak dirjen perhubungan melakukan kontak ke Basarnas.
07.28 AM, pesawat dinyatakan  ALERFA, tahap berikut dalam menyatakan pesawat hilang kontak
07.55 AM, pesawat dinyatakan DETRESFA atau resmi dinyatakan hilang. 
Lokasi hilang kontak yakni antara Tanjung Pandan dan Pontianak agak ke selatan. Basarnas mencari posisi itu karena ELT yang berfungsi jika pesawat itu jatuh, akan ada transmisi, namun sinyal itu belum ada. 

Permintaan pilot menaikkan ketinggain untuk menghindari awan Cumulonimbus ditolak ATC Jakarta

Air Traffic Controller (ATC) di Bandara Djuanda mengatakan hingga pukul 06.10 WIB, pesawat masih berada di ketinggian 32 ribu kaki dan melewati jalur M635. Baru kemudian ketika AirAsia melewati wilayah ATC Jakarta, pilot menghubungi otoritas di Soekarno-Hatta pada 06.12 WIB. Krew kokpit melaporkan adanya cuaca buruk sehingga idealnya harus keluar jalur normal.
Altitude and speed AirAsia QZ 8501 PK-AXC
Altitude and speed atau ketinggian dan kecepatan Air Asia QZ 8501 pada saat terbang.
Menurut radar, awan cumulonimbus (Cb) itu berketinggian hingga 48 ribu kaki, artinya jauh lebih tinggi dari ketinggian yang diminta krew kokpit yang hanya 38 ribu kaki.
Lalu pesawat kontak ATC dan di radar ada masalah, kemudian pada saat kontak itulah krew pesawat menyatakan akan menghindari awan dari arah 35, lalu meminta naik dari yang tadinya pada ketinggain 32 ribu kaki, menuju ke ketinggian 38 ribu kaki.
Krew kokpit sepertinya memang berencana untuk menghindari badai yang terlihat dari awan cumulonimbus yang tinggi dan tebal didepan jalur penerbangannya. Maka ia akan minta izin melakukan “left take” (belok ke kiri) dan akhirnya diperbolehkan dan pesawat bergeser 7 mil dari posisi awal. 

Namun, pilot kembali meminta mengubah posisinya ke ketinggian 38.000 kaki dan permintaan itu ditolak oleh air traffic control(ATC).
“Permintaan untuk menaikkan ketinggian ditolak karena untuk naik 38.000 kaki di atasnya masih ada pesawat lainnya,” ujar Direktur Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Djoko Murjatmodjo di Kantor Otoritas Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Minggu (28/12/2014) 
Request to higher level (Permintaan penambahan ketinggian),” ujar Kapten Irianto, pilot Airasia QZ8501, yang saat itu menerbangkan pesawatnya di ketinggian 32.000 kaki.
Setelah itu, Wisnu mengatakan bahwa petugas ATC Bandara Soekarno-Hatta menjawab langsung permintaan itu.
Intended to what level? (Maksudnya pada ketinggian berapa?)” tanya petugas, seperti ditirukan Wisnu. 
Request to higher level (Permintaan penambahan ketinggian),” ujar Kapten Irianto, pilot Airasia QZ8501, yang saat itu menerbangkan pesawatnya di ketinggian 32.000 kaki.
Setelah itu, Wisnu mengatakan bahwa petugas ATC Bandara Soekarno-Hatta menjawab langsung permintaan itu.
Intended to what level? (Maksudnya pada ketinggian berapa?)” tanya petugas, seperti ditirukan Wisnu.

awan commulunimbus
Awan Commulonimbus
Pilot menyatakan ingin terbang di ketinggian 38.000 kaki tanpa menyebutkan alasannya. Pihak ATC Bandara Soekarno-Hatta kemudian mengontak ATC Bandara Changi Internasional, Singapura, untuk melakukan koordinasi.

“Hanya butuh waktu 2-3 menit untuk berkomunikasi dengan Singapura. Dari situ, kami memberikan izin agar pesawat naik 34.000 kaki,” ucap Wisnu.
Saat itu, pesawat diberikan izin naik ke 34.000 kaki karena pada saat yang sama pada level 38.000 kaki masih terdapat pesawat lainnya, yakni AirAsia 502.
“Saat kami sampaikan jawaban agar naik ke 34.000 kaki, sudah tidak ada lagi jawaban sekitar pukul 06.14,” papar Wisnu.

ATC Bandara Soekarno-Hatta kemudian mengontak pesawat-pesawat di sekitar AirAsia QZ8501 untuk juga membantu menghubungi pesawat itu. Ketika itu, pesawat masih terdeteksi di radar ATC. 
Namun, upaya itu menemui kegagalan karena tak ada lagi jawaban dari pesawat naas itu.
Dari lokasi, berdasarkan radar cuaca, kondisinya memang tidak bagus. Ada awan comulonimbus (Cb).

Tapi tiba-tiba pesawat sudah tidak ada di radar pemantau, alias hanya sinyal.
Pukul 06.17 WIB, atau lima menit kemudian, posisi pesawat hanya tampak sinyal di antara kota Tanjung Pandan di pulau Belitung dan kota Pontianak di Kalimantan Barat. Pukul 06.18 WIB, pesawat hilang dari radar dan hanya terlihat flight plan saja. 

Analisis LAPAN Kuatkan Dugaan AirAsia QZ8501 Gagal Hindari Awan Cumulonimbus

Analisis cuaca yang dilakukan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional(Lapan) menguatkan dugaan bahwa pesawat AirAsia QZ8501 gagal menghindari awan tebal kumulonimbus yang berada pada rute penerbangannya. Keberadaan awan kumulonimbus dalam pesawat jenis Airbus A320-200 tersebut sebelumnya dinyatakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.
Kepala Pusat Meteorologi Penerbangan BMKG, Syamsul Huda, mengungkapkan bahwa sejak lepas landas dari Surabaya, AirAsia QZ8501 terbang dalam kondisi cuaca berawan. Saat sampai di wilayah antara Belitung dengan Kalimantan, pesawat menghadapi cuaca yang lebih buruk. 
Pesawat menghadapi awan yang sangat tebal di lokasi (antara Belitung dan Kalimantan). Berdasarkan data, ketinggian puncak awan kumulonimbus yang dihadapi pesawat 48.000 kaki. Menilik ketinggiannya saja, pesawat mungkin masih akan berhadapan dengan awan bila naik ke ketinggian 38.000 kaki. Namun, apakah pesawat bisa menghindar dari awan atau tidak, hal itu sangat tergantung pada besarnya awan itu sendiri.
secondary_radar_image PK-AXC-Indonesia-AirAsia-Airbus-A320-200
Foto Radar Sekunder yang memperlihatkan AirAsia 8501 (dilingkari kuning) saat di ketinggian 36.300 ft (11,100 m) dan mulai memanjat ketinggian dengan kecepatan 353 knot (654 kmh atau 406 mph).
Sedangkan menurut mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara, Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim, mengungkapkan bahwa masalah cuaca seperti awan adalah hal biasa yang dihadapi dalam penerbangan modern saat ini.
“Sebelum terbang juga kita sudah mengisiflight plan dan melihat cuaca sepanjang jalur penerbangan. Pesawat A320 yang dipakai Air Asia sendiri adalah pesawat canggih yang sudah dilengkapi dengan radar cuaca yang baik,” ungkapnya.
Dengan teknologi dan perencanaan penerbangan yang baik, kasus pesawat hilang atau jatuh akibat faktor cuaca itu sudah jarang terjadi dalam penerbangan modern. 

Misterius: Hindari awan tebal, pilot memutuskan belok ke kiri, tapi kenapa justru belok ke kanan?

AirAsia QZ 8501 PK-AXC missing rute
Penampakan keadaan cuaca ketika pesawat AirAsia QZ 8501 PK-AXC terbang dari Surabaya menuju Singapura pada prediksi awal menuju Teluk Kumai di lepas pantai Kalimantan Selatan.
Kondisi cuaca di sekitar lokasi hilangnya pesawat memang buruk dan awan hujan cumulonimbus sangat tebal.
Tapi, kenapa dari jalur penerbangan atauflight path terakhirnya justru pesawat itu mengarah ke kanan mendekati pantai Kalimantan Selatan?
Karena hilang kontak, maka tindakan ATC sesuai prosedur menyatakan tahap awal pesawat hilang kontak 07.00 WIB, atau 50 menit setelah dicari.
Hingga saat ini tim SAR dan Basarnas masih terus melakukan pencarian hilangnya pesawat misterius ini. Kabar mendarat darurat, jatuh dilaut hingga hilang tak berbekas masih menyelimuti fenomena hilangnya AirAsia QZ 8501. 

Seorang Blogger Misterius Dari Cina Telah Memprediksi Sejak 13 Hari Sebelumnya, Bahwa Pesawat AirAsia Sedang Menjadi “Target” Oleh Apa Yang Ia Sebut Sebagai “The Back Hand”

Seorang pengguna misterius dari jaringan media sosial Cina Weibo tampaknya telah meramalkan akan hilangnya atau jatuhnya sebuah pesawat AirAsia, hampir dua minggu sebelum pesawat AirAsia QZ8501 itu hilang. Dengan postingannya yang terus-menerus dan massive, ia dengan postingannya yang bertubi-tubi telah memperingatkan kepada warga negara Cina untuk tidak menggunakan pesawat itu (Air Asia) dalam puluhan postingannya.
Laporan, yang dilakukan oleh Epoch Times (ch | in), menceritakan kisah tentang bagaimana individu itu secara “berulang kali memperingatkan orang untuk “menjauhi” dari Malaysia Airlines (dan) AirAsia.”

“Jangan menjadi korban lain dari MH370,” pengguna misterius itu memperingatkan sejak tanggal 15 Desember lalu yang terlihat dari postingannya. Ia juga menambahkan bahwa AirAsia akan segera ditargetkan oleh “kekuatan atau pasukan yang super” atau “powerful forces“, yang ia disebut sebagai “tangan hitam” atau “black hand“.

“Ini adalah pesan yang akan menyelamatkan jiwa masyarakat Eropa atau AS yang akan bepergian atau tur, untuk tidak menaiki AirAsia (atau) maskapai Malaysia lainnya,” ia menyatakan dalam versi terjemahan dari salah satu postingannya. 

Blogger misterius itu juga menulis, “Ini adalah peristiwa besar dalam hidup manusia, kita harus memperhatikan.” (“This is a major event in human life, we have to pay attention”).
Ia pun menambahkan, “Jauhi AirAsia, tinggalkan Malaysia Airlines, hargai kehidupan. “(“far from AirAsia, Malaysia Airlines away, cherish life.”)
Spekulasi blogger asal Cina itupun membuat heboh di forum Reddit dan mereka membahas bahwa postingan itu awalnya dibuat sejak tanggal 15 Desember 2014 lalu.

Tapi kemudian postingan tentang prediksi si blogger misterius mengenai AirAsia itu dia edit lagi untuk menambahkan kata-katanya, setelah salah satu maskapai milik Malaysia yaitu AirAsia Flight QZ8501 nyata dan terbukti benar hilang dari radar pada 28/12/2014 lalu. Pengguna misterius ini telah membuat total 39 postingan pada subjek (29/12/2014) yang telah dilihat oleh lebih dari  2.400.000 orang!

Setelah penerbangan AirAsia QZ8501 menghilang, banyak pengguna-pengguna lainnya kembali ke forum dan postingan dari si blogger misterius itu hanya untuk mengekspresikan rasa takjub mereka pada prediksi individu yang masih misterius ini. 

Banyak pengguna lainnya yang berspekulasi bahwa blogger misterius itu adalah “orang dalam” atau insider atau sejenisnya yang memiliki koneksi atau terhubung kepada pemerintah Malaysia atau pemerintah Cina. Sepertinya pesannya memang telah ditanggapi oleh warga Cina, karena terbukti tiada satupun warga negara China yang berada di Air Asia QZ8501 yang nahas itu.
Memang terkadang kita merasa tak percaya akan adanya campur tangan manusia dalam suatu musibah. Namun anehnya, mengapa ia memposting tak jauh-jauh hari sebelumnya? Misalnya tak lama setelah maskapai Malaysia Airlines MH370 hilang, atau tak lama setelah ditembaknya MH17 diatas udara Ukraina.

Namun ia justru memposting tak lama sebelum musibah terjadi pada penerbangan AirAsia QZ8501, seakan ia tahu bahwa dalam waktu dekat akan ada pesawat AirAsia yang menjadi target Black Hand. Selain itu, mengapa ia memposting begitu massive-nya secara berulang-ulang dan bertubi-tubi.
Mungkinkah hal ni hanya kebetulan semata? Atau adanya persaingan bisnis? Semua pendapat itu terserah anda yang berhak menilainya. Anda juga dapat mencari berita yang menghebohkan tentang blogger misterius asal Cina ini pada pencarian di Google yang juga banyak diterbitkan pada laman web terkenal mulai dari Huffingtonpost, Dailymail, BBC hingga the New York Times. 

KNKT Pertanyakan ELT AirAsia QZ 8501 yang Tak Menyala

Sementara itu, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mempertanyakanEmergency Locator Transmitter (ELT) dari pesawat Airasia QZ 8501 yang tak mengeluarkan sinyal saat pesawat hilang kontak. Padahal, alat itu bermanfaat untuk mencari lokasi hilangnya pesawat. Investigator KNKT Suryanto, menduga bahwa ELT itu bisa saja hancur karena pesawat menabrak suatu benda dengan sangat keras. Dugaan lainnya yaitu ELT terbuang ke laut.
Memang merupakan hal yang aneh pula, jika ELT (Emergency Locator Transmitter) yang dibuat tahan banting dan tahan dalam banyak kondisi yang ada di AirAsia QZ 8501 tidak menyala. Padahal alat navigasi darurat itu dalam keadaan ekstrim tak mudah rusak, baik oleh impact keras, tahan terkena api hingga ratusan derajat, maupun berada di alam bersuhu dingin yang ekstrem, hingga jatuh ke dalam laut lebih dari 500 meter, ILT masih dapat berfungsi dengan baik.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/6/60/Sbeacons.jpg
Emergency position-indicating radio beacons or EPIRBs
“ELT disiapkan pada tiap pesawat agar jika ada emergency maka stasiun didarat pasti dapat menangkap frekuensinya termasuk Basarnas, dan untuk masalah ini frekuensi tak tertangkap. Berarti pesawat itu perlu dipertanyakan kenapa ELT tidak menyala,” kata Kepala KNKT Tatang Kurniadi di Tangerang, Minggu (28/12/2014).
Selain dikenal sebagai ELT (Emergency Locator Transmitter), namun banyak alat sejenis yang dikenal dengan nama atau sebutan lain. Beberapa diantaranya, sepertiDistress radio beacons atau emergency beacons atau PLB (Personal Locator Beacon) atau EPIRB (Emergency Position-Indicating Radio Beacon), atau juga ELBA (Emergency Locator Beacon Aircraft).
Namun semua alat itu memiliki fungsi dan kegunaan yang sama, yaitu sebagai perangkat suar penentu lokasi untuk pesawat dan kapal laut bahkan dapat dimanfaatkan secara individual. 
Sementara itu kotak hitam milik Airasia QZ 8501 juga sama-sama belum ditemukan, biasanya ada pinger yang akan berbunyi di dalam air. Namun, untuk mendeteksi bunyi itu, harus ada alat solar detector. Artinya harus ada kapal dulu yang diarahkan ke pingeritu untuk menangkap sinyal.
Pemerhati transportasi publik, bus, truck serta sejarahnya.
  • Facebook
  • WhatsApp
  • Instagram
  • Next
    « Prev Post
    Previous
    Next Post »

    Note: Only a member of this blog may post a comment.

    Terima Kasih

    Followers